Perlindungan Hukum Terhadap Hak Kekayaan Intelektual Kain Tenun di Kabupaten Nagekeo Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis
DOI:
https://doi.org/10.55606/jhpis.v3i3.3907Keywords:
Intellectual Property Rights, Legal Protection, Woven FabricAbstract
The purpose of this research is to analyze the legal protection of intellectual property rights of woven fabrics in Nagekeo Regency in terms of Law Number 20 of 2016 concerning trademarks and geographical indications. This type of research is Empirical Legal research, the type of data used in this research is qualitative descriptive data. The data used in the study based on the relevance of the source data, namely primary and secondary data. The results of this study suggest that: (1) The legal protection of the Weaving Craftsmen Group through the Nagekeo Weaving Geographical Indication Protection Society is that the community must immediately register the Nagekeo Ikat Weaving to the Ministry of Law and Human Rights to obtain legal protection, the protection of the Nagekeo Ikat Weaving uses law number 20 of 2016 concerning Trademarks and Geographical Indications. (2) the obstacles are low human resources, the complexity of the registration process, the lack of registration facilities that make the level of awareness of the importance of legal protection of woven fabrics will decrease. The people of Nagekeo Regency expect that this regional superior product of Tenun Ikat Nagekeo will receive legal protection from unauthorized use or counterfeiting of Tenun Ikat Nagekeo in the form of Geographical Indications.
References
Alosius, S. (2015). Pedoman penulisan skripsi. Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang.
Ayu Miranda Risang. (2006). Memperbincangkan Hak Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis. Bandung: PT ALUMNI.
Djulaeka. (2014). Konsep perlindungan hak kekayaan intelektual. Malang: Wisma Kalimetro.
Firmansya, M. (2008). Tata cara mengurus Haki. Jakarta: Visidmedia.
Hariyani, I. (2010). Prosedur mengurus haki (Hak atas kekayaan intelektual yang benar). Jakarta: Pusaka Yustisia.
Kelompok Tenun Desa Gero Dinas KOPERINDAG Nagekeo. (Tahun tidak diketahui).
Meydian, N. (2011). Perlindungan hak atas kekayaan intelektual produk sarung tenun Sarung tenun Samarinda. Skripsi Universitas Gajah Mada.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (1993). Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1993.
Poerwadarminta, W. J. S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Purwaningsih, E. (2005). Perkembangan hukum: Intellectual Property Rights (Cetakan pertama). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rahmatullah, I. (2014). Perlindungan Indikasi Geografis dalam Hak Kekayaan Intelektual Melalui Ratifikasi Perjanjian Lisabon. Jurnal Cita Hukum, 2(2), ISSN: 2356-1440. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saidin, O. K. (2004). Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights).
Sembiring, S. W. (2017). Upaya Pelindungan Hukum Terhadap Andaliman (Merica Batak) Sebagai Indikasi Geografis Di Kabupaten Toba Samosir. S2 thesis Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta.
Sudarmanto. (2012). KI dan HKI serta implementasinya bagi Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Syafrinaldi, H., & Akrial, Z. (Tahun tidak diketahui). Demokrasi, penegakan hukum dan perlindungan hak kekayaan intelektual. Jakarta: PT Bina Karya.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. (1945).
Undang-undang Republik Indonesia. (2014). Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Undang-undang Republik Indonesia. (2016). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Winda Risna Yessiningrum. (2015). Perlindungan Hukum Indikasi Geografis sebagai Bagian dari Hak Kekayaan Intelektual. Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan, 3(7). Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 JURNAL HUKUM, POLITIK DAN ILMU SOSIAL
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
