Wewenang Presiden dalam Pemberian Grasi Kepada Terpidana Warga Negara Asing

(Studi Kasus Pemberian Grasi oleh Presiden ke Enam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono Kepada Schapelle Corby; dalam Kasus Penyelundupan Ganja dari Australia)

Authors

  • Alezandro Gerald Tokoh Universitas Nusa Cendana
  • Saryono Yohanes Universitas Nusa Cendana
  • Hernimus Ratu Udju Universitas Nusa Cendana

DOI:

https://doi.org/10.55606/jhpis.v3i2.3810

Keywords:

Presidential Authority, Clemency, Foreign Convict, Marijuana Smuggling, Diplomatic Relations, Law and Politics

Abstract

The granting of clemency is a constitutional authority vested in the president, allowing the reduction of sentences or the release of convicts. This study aims to examine the authority of the Indonesian president in granting clemency to foreign convicts, with a case study on President Susilo Bambang Yudhoyono's clemency granted to Schapelle Corby, an Australian citizen involved in a marijuana smuggling case. This study uses a normative juridical approach with an analysis of the laws and regulations governing clemency, as well as a review of the political, legal, and diplomatic aspects influencing the president's decision. The research also utilizes secondary data such as legal documents, journal articles, and relevant media reports. The findings indicate that the president's authority to grant clemency, including to foreign nationals, is regulated by the constitution and clemency laws. The clemency granted to Schapelle Corby was influenced by various considerations, including diplomatic pressure from the Australian government, the convict's health condition, and humanitarian factors. This decision elicited various public reactions, both supportive and opposing, with arguments encompassing legal, ethical, and national interest aspects. The study concludes that although the president has full authority to grant clemency, the exercise of this power should take into account broader factors, including its impact on international relations and public perception of the judicial system. This case study provides important insights into the dynamics between law and politics in the practice of granting clemency in Indonesia.

References

Anwar, C. (2011). Teori dan hukum konstitusi, paradigma kedaulatan dalam UUD 1945 (pasca perubahan), implikasi dan implementasi pada lembaga negara. Malang: Intrans Publishing.

Asshiddiqie, J. (2010). Perihal undang-undang. Jakarta: Rajawali Pers.

Barhamudin. (2022). Ganti rugi dan rehabilitasi terhadap terdakwa yang diputus bebas menurut KUHAP. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Palembang, 20(2).

Bessette, J. M., & Tulis, J. K. (1981). The presidency in the constitutional order. New Orleans: Tulane University.

Bruggink, J. J. H. (n.d.). Refleksi tentang hukum pengertian-pengertian dasar tentang teori hukum (B. Arief Sidharta, Alih Bahasa, Cet. 3). Bandung: Citra Aditia Bakti.

Dientia. (2013). Pemberian grasi terhadap terpidana sebagai hak prerogatif presiden. Jurnal Universitas Brawijaya, 1(1).

Hartono, S. (2006). Penelitian hukum di Indonesia pada akhir abad ke-20. Bandung: Alumni.

Jokowi, P. (n.d.). Untuk para terpidana.

Khoeri, A. D. (n.d.). Analisis hukum Islam terhadap kewenangan presiden dalam pemberian grasi [Skripsi].

Manan, B. (1994). Dasar-dasar konstitusional peraturan perundang-undangan nasional. Padang: Fakultas Hukum Universitas Andalas.

Marzuki, P. M. (2011). Penelitian hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nurpiah, M. (n.d.). Pengujian keputusan presiden tentang grasi. Jurnal Rechts Vinding, Media Pembinaan Hukum Nasional.

Posner, E. A., & Vermeule, A. (2010). The executive unbound: After the Madisonian republic. Oxford: Oxford University Press.

Ramiyanto. (2018). Upaya-upaya hukum perkara pidana di dalam hukum positif dan perkembangannya. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Rossiter, C. (1956). The American presidency. Baltimore: Johns Hopkins University Press. Diakses pada tanggal 27 Mei 2023.

Sahetapy, J. E. (2007). Mekanisme pengawasan atas hak-hak presiden dalam pemberian grasi. Diakses dari http://wawasanhukum.blogspot.com/2007/06/mekanisme-pengawasan-atas-hak-hak.html pada 25 Mei 2023.

Soekanto, S., & Mamudji, S. (2012). Penelitian hukum normatif suatu tinjauan singkat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Taib, M. (2017). Dinamika perundang-undangan di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010, Nomor 5150.

Tjahjadi, S. P. L. (2004). Petualangan intelektual.

Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1954 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954, Nomor 730.

Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen).

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002, Nomor 4234.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2010 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010, Nomor 100.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Pasal 1 angka 23.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Pasal 77.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Pasal 95 ayat (1).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Pasal 97 ayat (3).

Widodo, S. E., & Napitupulu, E. A. T. (n.d.). Pembatasan grasi dan hukuman mati.

Widodo, S., & Napitupulu, E. A. T. (n.d.). Pembatasan grasi dan hukuman mati.

Published

2024-06-02

How to Cite

Alezandro Gerald Tokoh, Saryono Yohanes, & Hernimus Ratu Udju. (2024). Wewenang Presiden dalam Pemberian Grasi Kepada Terpidana Warga Negara Asing : (Studi Kasus Pemberian Grasi oleh Presiden ke Enam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono Kepada Schapelle Corby; dalam Kasus Penyelundupan Ganja dari Australia). JURNAL HUKUM, POLITIK DAN ILMU SOSIAL, 3(2), 279–294. https://doi.org/10.55606/jhpis.v3i2.3810